BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak
heran bila kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Diantara bermacam - macam jenis sayuran
yang dapat dibudidayakan, tanaman kubis bunga merupakan salah satu komoditas
sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek yang tinggi.
Meskipun kubis bunga telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, namun
pekembangannya tidak sepesat kubis krop atau petsai. Kedua jenis sayuran ini
pada umumnya berasal dari daerah subtropis, sehingga untuk pertumbuhan dan
produksi yang optimal diperlukan iklim yang sangat spesifik dan cara tanam
lebih sulit dibandingkan dengan jenis - jenis kubis lain. Selama
pertumbuhannya, kubis bunga memerlukan iklim khusus, yaitu udara yang dingin,
air yang banyak dan lembab.
Akhir-akhir ini, berkat perkembangan dan kemajuan ilmu maupun teknologi
dibidang pertanian, telah ditemukan varietas - varietas kubis bunga yang cocok
untuk ditanam di dataran rendah sampai menengah (medium). Disamping itu, paket
teknologi budidayanya telah banyak dihasilkan para peneliti dan siap atau layak
untuk diterapkan di tingkat petani.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat
Kol bunga putih merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan
bunga putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak.
Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga sebagai kol kembang atau blumkol
(berasal dari bahasa Belanda Bloemkool).
Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga
yang berwarna putih dengan massa bunga yg kompak seperti yg ditemukan saat ini
dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis
bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX.
Walaupun tanaman ini adalah tanaman dataran tinggi tropika dan wilayah dengan
lintang lebih tinggi, beberapa kultivar dapat membentuk bunga di dataran rendah
sekitar khatulisiwa.
Daerah dataran tinggi (pegunungan) adalah pusat budidaya kubis bunga. Pusat
Produksi tanaman ini terletak di Jawa Barat yaitu di Lembang, Cisarua, Cibodas.
Tetapi saat ini kubis bunga mulai ditanam di sentra-sentra sayuran lainnya seperti
Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Pangalengan, Maja dan Garut (Jawa Barat), Kopeng
(Jawa Tengah) dan Bedugul (Bali).
Klasifikasi botani tanaman kubis bunga adalah sebagai berikut:
·
Divisi :
Spermatophyta
·
Sub divisi :
Angiospermae
·
Kelas :
Dicotyledonae
·
Keluarga :
Cruciferae
·
Genus :
Brassica
·
Spesies :
Brassica oleracea var. botrytis L.
·
Sub var :
cauliflora DC
Brassica oleracea varitas botrytis terdiri atas 2 subvaritas yaitu cauliflora
DC. yang kita kenal sebagai kubis bunga putih dan cymosa Lamn. yang berbunga
hijau dan terkenal sebagai brokoli.
Penentuan kultivar berdasarkan ukuran, kemampatan dan warna massa bunga.
Kultivar lokal adalah kultivar Cirateun yang banyak ditanam di Lembang,
sedangkan kultivar introduksi adalah kultivar Farmers Early No 2 (umur panen 63
hari) dan Fengshan Extra Early (umur panen 59 hari) asal Taiwan untuk dataran
rendah sampai medium, Snown Crown asal Jepang untuk dataran menengah dan
dataran tinggi serta Tropical Early asal jepang untuk dataran rendah.
Walaupun biasanya hanya bagian massa bunga yang dimanfaatkan sebagai sayuran
yang mengandung mineral cukup lengkap, daun tanaman ini bisa dimakan dan
rasanya manis tanpa ada rasa pahit.
B. Pengertian Bunga Kol
Bunga kol ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cauliflora DC) adalah
jenis sayuran yang masuk dalam famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga
putih kecil). Masyarakat Indonesia biasa menyebutnya kubis bunga atau blum kol
(berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Mediterania
yang memiliki iklim subtropis, dan dikembangkan oleh Mc.Mohan ahli benih dari
Amerika pada tahun 1866. Bunga kol diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad
XIX yang dibawa oleh orang-orang dari India.
Untuk membudidayakan bunga kol, awalnya hanya bisa ditanam di daerah yang
memiliki temperatur minimum 15.50-180 C dan maksimum 240 C dengan kelembaban
optimum antara 80-90%.. Tapi dengan diciptakannya kultivar baru yang tahan
terhadap temperatur tinggi, membuat budidaya bunga kol juga dapat dilakukan di
dataran rendah (0-200 m dpl) serta menengah (200-700 m dpl).
Bunga kol lebih menyukai tanah lempung daripada tanah yang liat, tapi bisa
toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Tanah harus subur, gembur serta
mengandung banyak bahan organik. Unsur hara mikro yang ada pada tanah tidak
boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo). Jika kurang,
maka harus dicukupi dari pupuk.
C. Syarat Pertumbuhan
1.
Kubis bunga
merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis.
2.
Di tempat
itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15.5-18
derajat C dan maksimum 24 derajat C
3.
Kelembaban
optimum bagi tanaman blumkol antara 80-90%.
4.
Dengan
diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi,
budidaya tanaman kubis bunga juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m
dpl) dan menengah (200-700 m dpl).
5.
Di dataran
rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit
penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang.
6.
Tanah
lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga daripada tanah berliat.
Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir.
7.
Kemasaman
tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang memadai.
8.
Tanah harus
subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan
magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga unsur hara
mikro tersebut ditambahkan dari pupuk.
9.
Di
Indonesia, sebenarnya kubis bunga hanya cocok dibudidayakan di daerah
pegunungan berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl.
D. Budidaya Kol Bunga
1.
Pembibitan
Benih yang baik harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
·
Benih utuh,
artinya tidak luka atau tidak cacat.
·
Benih harus
murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih
dari kotoran.
·
Benih
diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
·
Mempunyai
daya kecambah 80% sehingga untuk satu hektar kebun diperlukan 100-250 gram
tergantung pada ukuran benih
·
Benih yang
baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan
penyakit.
Cara-cara penyiapan adalah sebagai
berikut:
·
WarungTani I
dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10
ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air selama 15-30 menit.
·
Penyeleksian
benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
·
Rendam benih
selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.
Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan.
Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung
di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan
berplastik atau polybag kecil.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain :
·
tanah tidak
mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan;
·
lokasi
mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan
·
dekat dengan
sumber air bersih.
Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Penyemaian di bedengan
·
Sebelum
bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar
110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan.
·
Tambahkan
ayakan pupuk kandang fermentasi halus dan campurkan dengan tanah dengan
perbandingan 1:2 atau 1:1.
·
Siramkan
larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, diamkan selama 2 hari.
·
Bedengan
dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m
di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat.
·
Penyemaian
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau
disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang
lebih sedikit daripada cara kedua.
·
Sekitar 2
minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam
bumbung.
·
Bumbung
dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5
cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil
di kedua sisi bagian bawahnya.
·
Bumbung
diisi media campuran ayakan pupuk kandang fermentasi dan tanah halus dengan
perbandingan 1:2 atau 1:1.
·
Keuntungan
dgn cara ini adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan
jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan
benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama
saat pemindahan bibit ke lahan.
Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
·
Dengan cara
ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara
seperti di atas.
·
Semprotkan
larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt
air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt
air.
·
Bumbung
dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan
tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm.
·
Media
penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang fermentasi (2:1)
sebanyak 90%.
·
Sebaiknya
media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100
derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan POC WarungTani I
dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio
dosis 10 ml/lt air, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore
mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan
kurang menguntungkan bagi bibit.
Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan
bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh
disela-sela tanaman pokok.
Dilakukan pemupukan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida
dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2
ml/lt air
Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut,
siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan disemprot dengan
WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Sedangkan penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Bibit dipindahtanam ke lapangan setelah memiliki 3-4 helai daun atau kira-kira
berumur 1 bulan.
2.
Pengolahan
Media Tanam
Pembentukan Bedengan
·
Lahan
dibersihkan dari tanaman liar dan sisa-sisa akar, dicangkul sedalam 40-50 cm,
lalu dibuat bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dengan jarak antar
bedengan 40 cm.
·
Pada lahan
miring perlu dibuat parit di antara bedengan tetapi jika lahan datar, parit ini
tidak perlu dibuat.
·
Penyemprotan
POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air
& WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air secara merata dipermukaan lahan.
·
Pada saat
pembuatan bedengan berlangsung, campurkan 2 - 3 ton/ha pupuk kandang fermentasi
& pupuk unorganik urea 10 kg/ha, Sp36 10 kg/ha, Kcl 6 kg/ha ditambahkan
dengan asumsi populasi tanaman per hektar antara 25.000-35.000.
·
Selain itu
juga diberikan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10
ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air
pada awal pertumbuhan.
Setelah itu lubang tanam dibuat dengan menggunakan cangkul.
3.
Penanaman
·
Jarak tanam
kubis bunga adalah 50 x 50 cm untuk kultivar yang tajuknya melebar dan 45 x 65
cm untuk kultivar tegak.
·
Waktu tanam
terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore hari antara jam
03.00-05.00.
·
Bibit di
dalam bumbung daun pisang ditanam langsung tanpa membuang bumbungnya.
·
Jika
digunakan bumbung kertas berplastik atau polibag, bibit dikeluarkan dengan cara
membalikkan bumbung dan mengeluarkan bibit dengan hati-hati tanpa merusak akar.
·
Satu bibit
di tanam di dalam lubang tanam dan segera disiram dengan larutan POC WarungTani
I dosis 10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10
ml/lt air, & WT Zpt dosis 2 ml/lt air sampai tanah menjadi basah benar.
4.
Pemeliharaan
Penyulaman
·
Jika ada
tanaman yang rusak atau mati, penyulaman dapat dilakukan sampai sebelum tanaman
berumur kira-kira 2 minggu.
Penyiangan
·
Penyiangan
yang bersamaan dengan penggemburan dilakukan bersama-sama dengan pemupukan
susulan yaitu pada 7-10 hari setelah tanam (hst), 20 hst dan 30-35 hst.
·
Penyiangan
dan penggemburan harus dilaksanakan dengan hati-hati dan jangan terlalu dalam
agar tidak merusak akar kubis bunga yang dangkal.
·
Pada akhir
pertumbuhan vegetatif (memasuki masa berbunga) penyiangan dihentikan.
Perempelan
·
Perempelan
tunas cabang dilakukan seawal mungkin supaya ukuran dan kualitas massa bunga
yang terbentuk optimal.
·
Segera
setelah terbentuk massa bunga, daun-daun tua diikat sedemikian rupa sehingga
massa bunga ternaungi dari cahaya matahari.
·
Penutupan
ini berfungsi untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih.
Pemupukan
·
Selama masa
pertumbuhan tanaman diberi larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air, & WT Zpt
dosis 2 ml/lt air secara periodik 5 – 7 hari sekali.
·
Pemberian
pupuk dasar susulan berupa Urea 10 kg/ha, Sp36 10 kg/ha, & Kcl 12 kg/ha
pada 15 HST & 45 HST.
Pengairan dan Penyiraman
·
Pengairan
dilakukan secara rutin di pagi atau sore hari.
·
Pada musim
kemarau penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat tanaman berada
pada fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.
5.
Hama dan
Penyakit
Hama
a.
Ulat
Plutella (Plutella xylostella L.)
Ulat yang berwarna hijau ini memakan permukaan daun bagian bawah dengan
meninggalkan tulang-tulang daun sehinggn daun berlubang.
b.
Ulat Croci
(Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat berwarna hijau bergaris punggung hijau muda dan berwarna kuning di sisi
perut. Akibat serangan ulat ini, massa bunga atau daun disekelilingnya menjadi
bolong-bolong.
c.
Ulat tanah
(Agrotis ypsilon Hufn.)
Ulat menyerang tanama kubis dengan cara memotong titik tumbuh atau pangkal
batang tanaman sehingga tangkai daun atau batang rebah dan layu terutama di
siang hari.
d.
Kutu daun
(Aphis brassicae)
Kutu daun menghisap cairan sel sehingga daun menguning dan massa bunga
berbintik-bintik kotor. Biasanya, kutu ini hidup berkelompok di permukan bawah
daun atau pada massa bunga. Serangan yang hebat biasanya terjadi di musim
kemarau.
e.
Ulat jengkal
(Trichoplusiana sp.) dan ulat grayak (Spodoptera sp.)
Ulat jengkal berukuran 4 cm, hijau pucat dan berpita merah muda pada tiap sisi
badannya sedangkan ulat grayak memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam
dan bergaris-garis kekuning-kuningan pada sisinya. Keduanya menyerang daun pada
musim kemarau sehingga daun rusak, bolong-bolong meninggalkan tulang daunnya
saja. Ulat grayak menyerang tanaman beramai-ramai dalam satu kelompok besar.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara terpadu: melakukan pergiliran tanaman
dengan tanaman selain famili Cruciferae, menyebarkan mikroba yang menjadi musuh
alami dan dilakukan penyemprotan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio
dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air
Penyakit
a.
Busuk hitam
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini bersifat tular
benih (seed born) yang menyerang semua fase pertumbuhan kubis bunga. Infeksi di
lapangan melalui bekas gigitan serangga atau luka. Gejala: terdapat bercak
coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga.
Batang dan massa bunga menjadi busuk sehingga tidak dapat dipanen.
b.
Busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia carotovora Holland. Penyakit ini menyebabkan busuk
lunak pada tanaman di kebun dan pasca panen. Infeksi terjadi setelah busuk
hitam melalui luka pada pangkal bunga yang hampir dipanen atau melalui akar
yang terluka. Gelaja: busuknya batang atau pangkal bunga dengan tiba-tiba.
c.
Akar bengkak
Penyebab: jamur Plasmodiophora brassicae Wor. Gejala: tanaman layu seperti
kekurangan air dan segar kembali di malam hari, lama-lama pertumbuhan terhambat
dan kerdil serta tidak bisa berbunga. Selain akar tanaman membengkak terlihat
pula ada bercak hitam di akar tersebut.
d.
Bercak hitam
Penyebab: jamur Alternaria sp. Penyakit tular benih ini menyerang daun dan
bagian tanaman lainnya. Gejala: daun menjadi berbercak coklat muda atau tua
bergaris konsentris. Pada akar, batang dan tangkai terdapat bercak bergaris
berwarna kehitam-hitaman.
e.
Semai roboh
(damping off)
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. Penyakit ini biasanya menyerang
persemaian menyebabkan busuknya pangkal batang.
Pengendalian: dapat dilakukan dengan melakukan bibit yang bebas penyakit,
merendam benih di air panas (50 derajat C) atau di dalam POC WarungTani I dosis
10 ml/lt air, WT Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis
10 ml/lt air selama 15 menit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menanam kultivar
tahan penyakit, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis atau gigitan
serangga, melakukan sterilisasi media semai atau lahan kebun (khusus untuk akar
bengkak), pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang telah terserang
penyakit.
Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan WT Bakterisida dosis 10
ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis
2 ml/lt air telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan
dilakukan setiap 1 minggu, bersamaan pada saat melakukan penyemprotan pupuk cair.
6.
Panen
·
Pemanenan
dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat.
·
Umur panen
antara 55-100 hari tergantung dari kultivar.
·
Sebaiknya
panen dilakukan di pagi atau sore hari dengan cara memotong tangkai bunga
bersama sebagian batang dan daunnya sepanjang 25 cm.
·
Hasil panen
per hektar antara 15-40 ton tergantung dari kultivar, populasi tanaman dan
pemeliharaan.
7.
Pascapanen
·
Setelah
bunga kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang teduh untuk dilakukan
sortasi.
·
Sortasi
dilakukan berdasarkan diameter kepala bunga yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu
> 30 cm, 25-30 cm, 20-25 cm dan 15-20 cm.
·
Penyimpanan
terbaik di ruang gelap pada temperatur 20 derajat C, kelembaban 75-85% atau
kamar dingin dengan temperatur 4.4 derajat C dengan kelembaban 85-95%.
·
Pada
ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.
·
Pengemasan
dilakukan dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30 kg. Untuk transportasi jarak
jauh, sertakan kira-kira 6 helai daun dan daun yang berada di atas massa bunga
dipatahkan untuk menutupi bunga. Untuk transportasi jarak dekat ujung-ujung
daun dipotong.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kol bunga putih
merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih
kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak.
Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga sebagai kol kembang atau blumkol
(berasal dari bahasa Belanda Bloemkool).
Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga
yang berwarna putih dengan massa bunga yg kompak seperti yg ditemukan saat ini
dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis
bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX.
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan
berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan
tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.
B. Saran
Demikianlah
pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang mempelajarinya. Kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous. 1993. Sayur Komersial.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Arief, Arifin. 1990. Hortikultura.
Andy Offset. Yogyakarta.
Cahyono, Bambang. 1995. Cara
Meningkatkan Budidaya Kubis. D), Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Pracaya. 1981. Kol Alis Kubis.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Terimakasih atas makalah yang baik ini..
BalasHapus